Sebagai orang Indonesia, tentu kita  
tidak asing dengan metode penyembuhan sendiri dengan cara menggosok 
tubuh dengan alat atau kerokan. Biasanya menggunakan uang koin yang di 
olesi dengan minyak angin. Cara tradisional ini telah di gunakan banyak 
orang untuk mengatasi masuk angin, mual, atau tidak enak badan.  Banyak 
orang selalu minta kerok ketika badan merasa nyeri atau pegal  karena 
masuk angin. 
Kerokan memang cara paling tua 
mengatasi gejala masuk angin.  Uniknya, cara sederhana ini tak hanya 
populer di Indonesia, melainkan  juga di negara-negara Asia lainnya. 
Orang Vietnam menyebut kerokan  sebagai cao giodi. Adapun warga Kamboja 
menjulukinya goh kyol. Di China  yang terkenal dengan akupunturnya, 
metode kerokan juga cukup populer  dengan sebutan gua sua. Bedanya, 
orang China memakai batu giok sebagai  alat pengerok, bukan kepingan 
uang logam.
Konon, warna  merah yang timbul 
pada kulit setelah kerokan adalah pertanda badan telah  kemasukan angin 
secara berlebihan. Makin pekat warnanya, pertanda  banyak pula angin 
yang berdiam di tubub. Benarkah? Tentu tidak. Warna merah pertanda  
pembuluh darah halus (kapiler) di bawah permukaan kulit pecah sehingga  
terlihat sebagai jejak merah di tempat yang dikerok. Badan orang sehat  
pun akan memerah jika dikerok.
Karena  itu, banyak kalangan tak
 meyakini kemujaraban pengobatan kerok. Secara medis, kerokan adalah 
salah satu metode memperlebar pembuluh  darah tepi yang menutup 
(vasokontiksi) menjadi menjadi semakin melebar  (vasaditilasi).Namun,  
dalam taraf normal, kerokan akan membuat penderita masuk angin merasa  
nyaman karena telah melepas hormon beta endofin. Secara ilmiah, praktek 
 sederhana ini terbukti mampu mengobati gejala masuk angin atau sindroma
  dingin yang memiliki gejala nyeri otot. 
Bukan  hanya itu, prinsip 
kerokan tak beda jauh dengan akupuntur yang  menancapkan jarum dalam 
tubuh. Prinsip kerokan adalah  meningkatkan temperatur dan energi pada 
tubuh yang dikerok. Peningkatan  energi ini dilakukan melalui perangsang
 kulit tubuh bagian luar. Dengan  cara ini, saraf penerima rangsang di 
otak akan menyampaikan rangsangan  yang menimbulkan efek memperbaiki 
organ pada titik-titik meridian tubuh.  Nah, pada gilirannya, arus darah
 di tubuh yang lancar akan menyebabkan  pertahanan tubuh juga meningkat.
 Meskipun terkesan tradisional, metode kerokan memang berkhasiat untuk 
menyembuhkan rasa tidak enak atau demam.
Kerokan pada dasarnya adalah 
menipiskan kulit. Tindakan ini membuat panas tubuh mudah keluar sehingga
 suhu tubuh yang semula demam menjadi turun. Hasil kerokan sebaiknya 
tidak acak-acakan. Baiknya jika (dilakukan) seperti motif tulang daun 
atau ikan karena bentuk serat otot memang demikian. Saat kerokan pun ada
 faktor penekanan sehingga seperti pemijatan. Hal ini akan memberi efek 
pemanjangan pada otot-otot yang memendek karena peradangan. Dengan 
begitu rasa pegal-pegal pun akan hilang. 
Sumber: Jawa Pos

0 comments :
Post a Comment